-->

Pendekatan Konektif Dan Pendekatan Pemberdayaan

Post a Comment
Kepemimpinan Transformasional Dan Kultrural Dalam Bisnis

1. Pendekatan Konektif 

Pendekatan konektif merupakan pendekatan menurut korelasi yang dilakukan dengan mengintegrasikan sifat saling ketergantungan dan menyadari adanya keberagaman untuk mencapai hasil yang diharapkan. Mereka yang terlibat melaksanakan negosiasi, membujuk, mengintegrasikan, membangun jaringan, melaksanakan koalisi, dan kerja sama dengan pesaing untuk menuntaskan tujuan bersama. 

1. Pengertian Kepemimpinan Konektif 

Connective leadership atau kepemimpinan menurut korelasi merupakan salah satu model yang diajukan jean lipman-blumen. Untuk itu pemimpin harus berguru mengintegrasikan interdependence atau saling ketergantungan dengan diversity atau keberagaman. 

Interdependence menyangkut acara yang bersifat saling melengkapi antar visi, problem bersama, dan tujuan bersama. Dengan saling ketergantungan menumbuhkan suasana kerjasama alasannya ialah terdapat kesederajatan. Dengan saling ketergantungan, maka satu pihak tidak merasa lebih tinggi dari pihak lain. 

Interdependence atau saling ketergantungan didorong terutama oleh teknologi yang menghubungkan setiap orang dan setiap hal, dimana saja. Hal tersebut mendorong kita menuju kerja sama dalam banyak sekali bentuk menyerupai joint ventures, kemitraan, aliansi strategis, jaringan dan koalisi temporer. Interdependence mencari kesamaan dan memperkuat persamaan kepentingan. 

Sedangkan diversity mencerminkan abjad individu, kelompok dan organisasi yang berbeda dan memperlihatkan prioritas yang berbeda. Pemimpin perubahan harus sanggup memanfaatkan kelebihan dari keberagaman tersebut sehingga menjadi kekuatan yang lebih besar. Pemimpin harus bisa melihat keberagaman sebagai kekuatan dan bukannya sebagai hambatan. 

Keberagaman berkepentingan dengan abjad yang berbeda diantara individu, kelompok dan organisasi. Keberagaman mencerminkan kebutuhan insan akan identitas, keunikan setiap orang, mengurangi perbedaan dan menekankan pada kebebasan dan individualisme. Keberagaman merupakan kekuatan untuk perbedaan sosial, ekonomi dan budaya. Keberagaman meningkatkan prioritas gres dan sering berlawanan dengan prioritas sebelumnya. 

2. Memimpin Di Era Konektif 

Connective Leader dengan gampang mendapatkan koneksi diantara orang, gagasan dan institusi yang berbeda. Mereka mencicipi koneksi dan kemungkinan dimana pemimpin tradisional dan lawan jangka panjang hanya melihat perpecahan dan permusuhan. 

Karena Connective Leader sanggup melihat dasar bersama, mereka sanggup mulai mencari problem bersama. Tidak menyerupai halnya pemimpin individualistik, Connective Leader sanggup melihat tumpang tindih antara visi mereka sendiri dengan milik pemimpin lainnya. Dengan melalui tindakan bersama bahkan dalam problem kecil, stereotype lawan diperlunak, empathi tumbuh dan dasar bersama meluas. 

Connective Leader melaksanakan negosiasi, membujuk dan mengintegrasikan kelompok yang antagonistis. Pemimpin akan perlu mengikat dalam banyak bentuk kolaborasi, bahkan dengan pesaing tradisional. Connective Leader memberikan bantuan pada keberhasilan kemampuannya untuk bersaing, mengambil tanggung jawab dan membuat keputusan sendiri dikala diperlukan. Mereka membangun jaringan sosial dan melipat gandakan koalisi. 

3. Kekuatan Kepemimpinan Konektif 

Untuk menerima hasil terbaik, Connective Leader harus menyebarkan enam kekuatan kepemimpinan, yakni:

1. Etika Kecerdasan Politis 

Connective Leader memperlihatkan sistem pengetahuan yang diwarnai perasaan etika kuat. Mereka memakai kekuatan pribadi orang lain dalam jaringannya untuk mengatasi problem kelompok, bukan meningkatkan kekuatan sendiri. Mereka berafiliasi secara emosional dengan konstituen melalui symbol dramatis dan tidak diharapkan. Connective Leader meningkatkan kemampuan pendukungnya dan memastikan loyalitas mereka dengan mempercayai mereka dengan memberikan kiprah menantang. 

2. Kebenaran dan Akuntabilitas 

Kebenaran menghasilkan dapat dipercaya dan melanjutkan keyakinan pada pemimpin. Kebenaran membantu konstituen mempertimbangkan apakah perubahan pada sikap pemimpin mencerminkan pemahaman gres dan lebih lengkap wacana masalahnya, atau sekedar menandakan kelemahan. Akuntabilitas menyangkut dua kewajiban: pertama, menjelaskan keputusan dan tindakan seseorang, dan kedua, bertanggung jawab kepada stakeholder. Akuntabilitas berarti bahwa pemimpin ingin mempunyai setiap pilihan diperiksa dengan teliti. 

3. Politik Kebersamaan 

Di dalam dunia yang dihubungkan dengan teknologi tetapi terfragmentasi oleh kekuatan keberagaman, Connective Leader memperkuat masyarakan. Mereka melaksanakan hal ini dengan mempraktekkan politik kebersamaan, yang memberikan keanggotaan pada konstituen yang lebih luas. Mereka membuat lingkungan dimana banyak konstituen paling tidak mencapai sebagian jadwal mereka. 

4. Berpikir Jangka Panjang Dan Bertindak Jangka Pendek 

Kinerja sehari-hari meskipun menekan, membangun masyarakat memerlukan apresiasi kemungkinan jangka panjang yang tidak jelas. Ini memerlukan visi dan keberanian untuk menentukan antara seruan kini dari konstituen kunci dan masa depan yang lebih baik untuk masyarakat yang lebih luas. 

5. Kepemimpinan Melalui Harapan 

Connective Leader menentukan impian yang tinggi dan kemudian mempercayakan tugasnya sendiri yang paling berharga kepada orang lain. Connective Leader mendorong ekspansi kreatif dari misi mereka, hanya memerlukan rekan kerja bertindakan secara etis dan legal. Diluar itu kreativitas rekan sekerja sanggup memperluas hingga pada batas alamiahnya sendiri. 

6. Pencarian Arti 

Kebanyakan orang ingin meninggalkan warisan, dan diingat alasannya ialah membuat perbedaan. Bahwa seseorang pemimpin telah melaksanakan tindakan yang berbeda dengan pemimpin sebelumnya. Dengan berkembangnya kedewasaan, kita merasa waktu berjalan cepat, tumbuh kebutuhan untuk membuat hidup kita diperhitungkan untuk sesuatu yang berharga. 

4. Gaya Berprestasi 

Dasar berperilaku Connective Leader sanggup dibagi dalam tiga perangkat gaya berprestasi seorang pemimpin dan masing-masing mempunyai strategi. Untuk mencapai tujuannya. Orang sanggup dan sering menentukan gaya berprestasi, tergantung pada situasinya, sanggup berupa gaya kepemimpinan langsung, gaya kepemimpinan rasional, dan gaya kepemimpinan instrumental. 

1. Gaya Kepemimpinan Langsung 

Orang yang lebih suka pada gaya pencapaian prestasi secara eksklusif cenderung mengkonsentrasi pada tugasnya sendiri. Berhubungan dekat dengan kekuatan keberagaman, gaya mereka cocok pada perjuangan individu. Strategi yang merupakan gaya eksklusif adalah: 
  • Intrinsic, ditunjukkan oleh kepuasan, bahkan kegembiraan, dari meguasai kiprah sendiri, diukur terhadap standar keunggulan internal, 
  • Competitive, dilakukan dengan mengalahkan orang lain, mengukur penyelesaian seseorang terhadap standar kinerja eksternal, dan 
  • Power, mengambil tanggung jawab, mendelegasikan kiprah dan mengkoordinir tindakan orang. 

2. Gaya kepemimpinan relasional 

Orang yang lebih senang bekerja dalam kiprah kelompok atau membantu orang lain mecapai tujuannya memperlihatkan gaya kepemimpinan rasional. Strategi yang merupakan gaya rasional adalah:
  • Bekerjasama, bekerja dengan orang lain dalam kiprah kelompok, membagi kewajiban dan tanggung jawab untuk berprestasi, 
  • Menyumbang, bermain kiprah dibelakang layar atau membantu orang lain menuntaskan tugasnya,
  • Dilakukan untuk orang lain, mendapatkan kepuasan dengan menfasilitasi, coaching dan mengamati prestasi orang lain. 

3. Gaya kepemimpinan instrumental 

Gaya kepemimpinan instrumental mempunyai karakteristik pengetahuan politis. Kebanyakan model kepemimpinan tradisional, termasuk keterampilan kepemimpinan eksklusif dan rasional, sering mengabaikan kepemimpinan instrumental. Tetapi Connective Leader memakai tindakan instrumental untuk mengintegrasikan gaya kepemimpinan berorientasi pada diri sendiri dengan orientasi pada kelompok. Individu yang melihat dirinya dan orang lain sebagai instrument untuk mencapai tujuannya lebih menyukai gaya ini dengan cara: 
  • Personal, memakai semua asset pribadi, termasuk kecerdasan, kebijakan, humor, ketampanan, ketertarikan fisik, latar belakang keluarga, dan pendidikan yang sanggup dicapai untuk menarik pendukung, 
  • Sosial, membuat dan memakai jaringan sosial dan aliansi, menyerupai memakai orang lain untuk menuntaskan tujuan bersama dan, 
  • Mempercayai, menyandarkan diri pada orang lain untuk meningkatkan visi bersama tanpa supervise, tetapi dengan impian berpengaruh untuk sukses. 

5. Tantangan 

Tantangan dalam Connective masa secara tak terelakan akan meningkat. Terdapat kecenderungan bahwa menuntut perhatian lebih besar dari pemimpin dan pemimpin harus bisa memfasilitasi keberagaman tenaga kerja yang menjadi tanggung jawabnya. 

Hanya pemimpin dengan prestasi yang paling ekstensif dan fleksibel akan sanggup memenuhi seruan dinamis masa konektif. Hanya pemimpin dengan kapasitas kemampuan memanfaatkan tekanan atas kondisi saling ketergantungan dan keberagaman akan sanggup mencapai ujung konektifitas dengan berhasil. Pemimpin harus sanggup me nyesuaikan gaya kepemimpinannya dengan perkembangan lingkunagn.


Baca Juga: Artikel “Aspek Sumber Daya Manusia.”


2. Pendekatan Pemberdayaan

Peran seorang manager sangatlah luas dan berat. Manajer harus mencapai hasil yang diterapkan organisasi, menyebarkan lingkungan yang dihadapi dan sekaligus lebih memperhatikan kepentingan orang lain. Beberapa kiprah pemberdayaan harus dijalankan seorang pemimpin adalah:

1. Menciptakan Hubungan Kerja Efektif



Hubungan kerja yang efektif akan membangkitkan iklim pemberdayaan. Untuk itu seorang pemimpin diharapkan sanggup menunjukaan sikap terhadap bawahannya dengan cara:



a. Menghargai Mereka


Menghargai mereka atas kualitas spesifik yang mencerminkan individualism mereka. Menghargai bukanlah problem persahabatan atau sifat saling suka atau tidak suka. Orang harus sanggup menghargai seseorang yang tidak di sukai atau dekat dengan seseorang yang tidak kita hargai.

b. Menunjukan Empathi

Membiarkan orang lain tahu bahwa kita sanggup melihat ssuatu dari sudut pandang mereka sehingga sanggup memperoleh citra yang lebih terang atas problem atau gosip dari kerangka tumpuan mereka sendiri.

c. Bersikap Tulus

Hal ini berarti menjadi diri sendi dan sikap jujur atas perasaan dan pendapat. Bersangkutan pula dengan komunikasi dengan orang lain bahwa anda terbuka terhadap gagasan gres dan bersedia membantu.hubungan baik antara pemimpin dan bawahan akan memberdayakan alasannya ialah dorongan dan membuka komunikasi, memastikan bahwa saran setiap orang di dengarkan dan di pertimbangkan, dan membiarkan orang mengakui setiap kekurangan pengalaman yang dimiliki.

Manajer yang ingin memberdayakan orang berusaha membuat korelasi dimana anggota team merasa dihargai, dimana mereka sanggup mendapatkan resiko dan mereka berguru percaya diri. Mereka melaksanakan dengan : menghargai apa yang dicapai anggota team, menjadi terbuka dan jujur, mempunyai sikap positif, dan mendorong orang.

2. Pergeseran Fungsi

Di dalam organisasi konvensional, seorang manajer berada di puncak pyramid, sedangkan bawahannya berada di bawah pada posisi untuk mendukung eksistensinya. Manajer tinggal memberikan perintah dan kiprah dilakukan seluruhnya oleh pekerja. Pekerja bekerja keras untuk kesuksesan manajer.

Sedangkan dengan iklim pemberdayaan, yang terjadi ialah pyramid terbalik. Pekerja berada diatas, sedangkan manajer berada di bawah. Hal tersebut mengandung mengandung makna bahwa manajer bekerja mendorong dan memenuhi kepentingan anak buahnya.

3. Memimpin Dengan Contoh

Pada dasarnya, manager harus percaya kepada orang. Namun manajer juga harus sanggup menjadi model kiprah bagi orang yang harus diberdayakan. Apa yang harus kita lakukan ialah memberikan pesan secara terang kepada orang di sekitar kita. Komitmen pemimpin terhadap pemberdaya terletak pada bagaimana pemimpin akan diccatat dan dipertimbangkan oleh orang yang bertanggung jawab kepada kita.

Terdapat beberapa cara bagi manajer untuk menandakan pola baik bagi teamnya, antara lain:
  • Jika anda ingin mereka melaksanakan apa yang mereka katakan, anda harus membuktikan bahwa anda sanggup dipercaya.
  • Jika anda menginginkan mereka inovatif, anda harus bersiap untuk mendapatkan resiko atas inovatisi yang mereka lakukan.
  • Jika anda ingin orang lain melaksanakan ekstra usaha, anda harus mendorong diri anda sendiri untuk bekerja lebih keras.
  • Jika anda ingin mereka terbuka, anda harus jujur dan ikhlas kepada mereka, sehingga menerima kesan tidak ada yang disembunyikan.
  • Jika anda ingin mereka saling mempercayai, anda harus mempercayai mereka.
  • Jika anda ingin mereka menandakan keajaiban, anda harus melengkapi mereka deng visi masa depan yang positif, menggairahkan dan memberikan inspirasi.

4. Mempengaruhi Orang Lain

Dalam peranan pemimpin sebagai empowering manajer perlu menghipnotis banyak sekali orang: rekan kerja, orang yang bertanggung jawab kepada kita, bahkan mungkin direksi bila disetor public atau organisasi social. Manajer sanggup merubah sikap orang atau pola sikap mereka.

Akan menjadi sulit memberdayakan orang lain atau memperkenalkan system pemberdayaan dalam organisasi, siapa yang harus dipengaruhi, pendekatan apa yang harus dipergunakan dan keterampilan yang diharapkan untuk menghadapi situasi semacam itu.

5. Mengembangkan Teamwork

Kecenderungan perkembangan organisasi di masa depan ialah berkembanya bentuk team-based organization. Dengan demikian, operasional organisasi dilakukan dengan membentuk cross-functional team. Manajer dengan demikian harus bisa memanfatkan potensi yang terdapat dalam team-team tersebut.

Disisi lain perlu menyebarkan komunikasi yang efektif baik yang sifatnya vertical maupun hortizontal. Dengan komunikasi dan saling memberikan informasi akan menumbuhkan saling kepercayaan sebagai dasar bagi berkembangnya teamwork diantara anggota organisasi.

6. Melibatkan Bawahan Dalam Keputusan

Proses pengambilan keputusan dalam administrasi konvensional lebih didominasi oleh pemimpin menurut kewenangan yang dimiliki.proses pengambilan keputusan lebih bersifat top-down. Peran bawahan hanya sekedar menjalankan perintah atasan. Kondisi demikian tidak munumbuhkan kreatifitas dan motivasi bawahan yang sangat diperlukan.

Di dalam iklim pemberdayaan, pimpinan mendelegasikan kewenangna yang dimiliki kepada bawahan. Pimpinan sebelum mengambil keputusan tersebut akan menumbukan rasa mempunyai dan turut bertanggung jawab atas keputusan yang dikeluarkan.

7. Menjadikan Pemberdayaan Sebagai Way Of Life

Dengan menimbulkan pemberdayaan berlangsung secara alamiah di dalam organisasi, maka akan tercipta suatu keadaan dimana team yang dibuat menjadi lebih senang dan termotivasi, iklim kerja menjadi lebih terbuka dan santai, kendala yang terjadi antara banyak sekali kelompok akan sanggup dipecahkan alasannya ialah terjadi komunikasi internal yang baik.

Suasana kerja menyerupai tersebut diatas selanjutnya akan memberikan dampak terhadap organisasi berupa perbaikan produktifitas, meningkatnya efisiensi, semakin rendahnya keluhan pelanggan, dan semakin kecilnya perpindahan dan kemangkiran karyawan.

8. Membangun Komitmen

Pemberdayaan merupakan perubahaan kiprah ldan sikap manajemen. Merupakan suatu proses yang sanggup dimulai dalam iklim dimana terdapat impian yang tinggi, dimana setiap orang merasa dihormati dan dihargai dan dimana orang bersedia memberikan yang terbaik yang dimiliki.

Apa yang diinginkan tersebut hanya akan sanggup berlangsung apabila pimpinan tertinggi memberikan pertolongan sepenuhnya. Tanpa pertolongan atasan, maka perubahan cultural yang diharapkan sulit dilakukan.

Walaupun demikian, pertolongan yang diberikan pimpinan menjadi kurang berarti apabila tidak disambut secara antusias oleh karyawan. Pemberdayaan yang diberikan pimpinan mengandung makna meningkatnya beban kiprah dan tanggung jawab.

Oleh alasannya ialah itu, pemberdayaan sebagai kepingan dari perubahan cultural, memerlukan janji segenap stakeholder yang terlibat dalam proses pemberdayaan dan perubahan. Tanpa janji mustahil sanggup mencapai hasil yang diharapkan. Namun demikian pemimpin harus berperan sebagai factor pelopor peningkatan janji tersebut.

Related Posts

Post a Comment