-->

Kepemimpinan Transformasional Dan Kultrural Dalam Bisnis Serta Pendekatan Melalui Tahapan

Post a Comment
Kepemimpinan Transformasional Dan Kultrural Dalam Bisnis 



2.1 Pendekatan Melalui Tahapan 

Melaksanakan perubahan perlu dilakukan melalui tahapan yang benar semoga sanggup mencapai tujuan yanbg di harapkan. Untuk memimpin perubahaan secara efektif, Hussey (2000) menyarankan pendekatan langkah demi langkah yang dinamakan EASIER, merupakan abreviasi dari envisioning, activating, supporting, implementing, ensuring, dan recognizing. 

2.1.1 Envisioning (Memimpikan) 

Seorang pemimpin harus mempunyai visi yang merupakan harapan yang sanggup meliputi besaran dan lingkup kegiatan, kekuatan ekonomi, korelasi dengan pelanggan, dan budaya internal organisasi. Dalam kaitan dengan administrasi perubahan kita, maka kita bicarakan duduk masalah visi masa depan yang berbeda dengan visi kini ini. Visi biasanya terinspirasi oleh kenyataan bahwa perubahaan itu diperlukan. 

Mendefinisikan visi secara terperinci merupakan elemen penting dalam kepemimpinan perubahan. Visi yang tidak didefinisikan dengan baik sanggup menimbulkan banyak sekali variasi interpretasi diberbagai tingkat organisasi, yang pada gilirannya sanggup mendistorsi implementasi perubahaan. 

2.1.2 Activating (Mengaktifkan) 

Salah satu kiprah setiap pemimpin yaitu meningkatkan kegiatan followers atau pengikut. Dalam konteks ini mengandung makna suatu kiprah untuk memastikan bahwa orang lain di dalam organisasi memahami, mendukung dan bahkan membagikan visi. Visi mustahil sanggup dipahami samapai dikomunikasikan, dan tidak sanggup di komunikasikan hingga di definisikan dengan cara yang masuk akal. 

Awalnya, kiprah pemimpin yaitu menyebarkan visi bersama diantara pemain kunci dalam implementasi. Tetapi berdasar taktik perubahan, kiprah pengaktifan direntang sedalam mungkin di dalam organisasi. Komitmen terhadap visi merupakan prasyarat untuk keberhasilan, terutama diantara orang yang mempunyai kiprah kunci dalam membuat visi menjadi kenyataan. 

Bahkan dalam situasi dimana pendekatan dictatorial dalam perubahan sanggup dilakukan, pemimpin tidak bisa melaksanakan setiap tugas. Bantuan orang lain tetap dibutuhkan seorang pemimpin. 

2.1.3 Supporting (Mendukung) 

Kepemimpinan yang baik bukan sekedar memberitahu orang wacana apa yang harus dilakukan. Tetapi lebih pada member wangsit kepada mereka untuk melaksanakan lebih daripada yang mungkin merekacapai, dan member pinjaman moral yang memungkinkan hal tersebut terjadi. 

Untuk mencapai hal tersebut, pemimpin harus mempunyai empathi berpengaruh dengan orang yang akan diberi inspirasi, dan membayangkan melihat sesuati dari sudut pandang mereka. Dipelukan saling pengertian antara kapabilitas dikala ini dengan potensinya. 

Seseorang pemimpin perubahan juga harus bersikap jujur dan sanggup dipercaya. Apabila seorang pemimpin ingin dipercaya oleh bawahannya, maka beliau harus bersedia menawarkan kepercayaan kepada bawahannya. Adanya iklim kerjasama yang bersifat saling mempercayai akan menumbuhkan suasna kondusif. 

2.1.4 Implementing (Melaksanakan) 

Langkah implementasi yaitu wacana menjalankan planning sesuai acara yang ditetapkan untuk mengakibatkan visi menjadi kenyataan. Instrumennya akan beragam, tetapi bantalan an dasarnya tetap, yaitu: 
  • Memastikan bahwa semua konseekuensi perubahan sanggup dimengerti 
  • Mengidentifikasi semua tindakan yang harus dilakukan untuk melaksanakan perubahaan 
  • Membagikan tanggung jawab untuk banyak sekali tindakan yang harus dilakukan 
  • Membangun prioritas banyak sekali tindakan, terutama apabila proses tidak sanggup dilakukan pada waktunya, 
  • Mengusahaakan anggaran yang dibutuhkan untuk menjamin planning pelaksanaan 
  • Menetapkan team dan struktur yang dibutuhkan untuk implementasi rencana 
  • Membagikan hak sumberdaya insan terhadap tugas 
  • Menetapkan tujuan untuk acara perubahaan, dan 
  • Mempertimbangkjan kebijakan yang dibutuhkan untuk membuat proses implementasi berjalan. 
2.1.5 Ensuring (Memastikan) 

Rencana, struktur implementasi, dan kebijakan diformulasikan dan implementasi perubahan dilakukan. Diatas kertas, organisasi sanggup meliputi semua hal tersebut diatas. Tetapi hal tersebut tidak cukup, dan masih perlu membuat proses moniturinhg dan pengawasan untuk memastuikan bahwa pelaksanaan brjalan sesuai dengan rencana. 

Dengan demikian, ensuring bersifat memastikan bahwa implementasi telah dilakukan sesuai dengan rencana, dan apabila terdapat deviasi apakah telah dilakukan korteksi sebagaimana seharusnya. Ensuring juga memastikan apakah hasil yang diinginkan telah dicapai. 

2.1.6 Recognizing (Mengenal) 

Langkah terakhir dalam model kepemimpinan perubahan yaitu dengan menawarkan legalisasi terhadap mereka yang terlibat dalam proses perubahan. Pengakuan sanggup bersifakt positif atau negative, dan harus dipakai untuk memperkuat perubahaan dan memastikan bahwa kendala terhadap kemajuan disingkirkan. 

Meskipun legalisasi termasuk penghargaan financial, tetapi mungkin merupakan penggalan terkecil dari apa yang diperlukan. Pengakuan public mengambarkan bahwa apa yang sudah dilakukan dihargai. Promosi seseorang yang memainkan kiprah utama mungkin merupakan konsekuensi kinerja dalam membantu melaksanakan perubahaan.

2.2. Pendekatan Kultural 

Di dalam menyelenggarakan perubahan, pemimpin perubahan tidak sanggup hanya mengandalkan pendekatan formal dan mekanistis, namun perlu memperhatikan aspek cultural. Pendekatan cultural yang dilakukan oleh seorang pemimpin dalam memimpin organisasi menimbulkan mereka dinamakan Cultural Leader. 

Cultural leader yaitu seorang pemimpin organisasi, yang dengan memberi contoh, menyeimbangkan human value atau nilai kemanusiaan dengan kiprah pekerjaan. Pemimpin ini sanggup berada disetiap jenjang dalam organisasi, mungkin menjadi direktur, manajer, supervisor, atau bukan manajer. 

Cultural leader membuat terperinci bagaimana duduk masalah insan dan duduk masalah operasional sanggup disatukan. Ketika orang atau kelompok mulai berbicara dari aspek noperasional, maka cultural leader menambahkan segi kemanusiaan dengan baik. Masalah operasional menjadi lebih gampang dikendalikan, apabila aspek kemanusiaannya ditangani dengan baik. 

Cultural leader, bersifat mau menerima, terbuka, kooperratif, partisipatif, komunikatif, berorientasi saling menguntungkan. Pemimpin ini mengusahakan visi yang jelas, tujuan, arah, batas, pembatasan, dan stabilitas. Mereka menghargai keberhasilan dan melihat kegagalan sebagai peluang untuk belajar. Diatas semuanya, pemimpin ini melihat bahwa partisipasi dan komunikasi yang baik tergantung pada jaringan korelasi langsung berdasar pada saling pengertian dan saling menghargai. 

Pada dasarnya orang ingin menikmati hari-harinya dengan baik, merasa kompeten, menjadi produktif, menikmati pekerjaan, dan mempunyai korelasi baik dengan atasan, rekan sekerja dan bawahannya. Cultural leader tinggal memberi kesempatan kepada bawahan dengan memberi teladan bagaimana pekerjaan sehari-hari harus dilakukan, bagaimana memimpin, selebihnya mereka akan mengikuti pemimpin. 

2.2.1 Memimpin Pekerja Sekarang 

Pekerja kini ini ingin lebih banyak berbicara wacana apa yang terjadi di sekitarnya. Mereka ingin dikomunikasi dan didengar pendapatnya dipertimbangkan dan berpartisipasi dalam keputusan yang mempengaruhi mereka. Pekerja pada semua tingkat menjadi kurang responsive terhadap kepeemimpinan tradisional yang sempit, direktif, tidak komunikatif, dan adakala bersifat menghukum, yang mereka lihat sebagai kelemahan. 

Great leader harus selalu direspon dengan visi dan fleksibilitas terhadap orang yang mengikutinyaa. Pada dasarnya orang ingin terikat pada pemimpin yang berpengaruh dan menyebarkan budaya kerja yang mengikat dengan melaksanakan 2 (dua) hal penting, yaitu: 

a) Menciptakan Lingkungan yang Tepat 

Pemimpin menjadi model peran, mendorong dan menghargai mereka yang memperlihatkan sikap kepemimpinan baru. Pemimpin melaksanakan hal ini dengan mengakibatkan dirinya terbuka dan mau mendapatkan pendapat orang lain dalam diskusi, mendiskusikan nilai kemanusiaan dalam percakapan dan pertemuan. Pemimpin merayakan dan menghargai orang yang memperlihatkan nilai budaya yang diinginkan, dan meninggalkan nilai dengan budaya usang tanpa ragu-ragu dan menuju pada sikap yang sempurna sesuai dengan kondisi lingkungan yang dihadapi. 

b) Menyusun Proses yang Tepat 

Pemimpin mengusahakan proses yang formal dan memberi petunjuk kepada bawahan untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan, sehingga orang pada semua tingkat sanggup memberi bantuan pada keputusan yang mempengaruhi mereka. Keikutsertakan bawahan dalam pengambilan keputusan akan sanggup meningkatkan tanggung jawab. 

2.2.2 Produktifitas Tinggi Adalah Mudah 

Logika konvensional menyatakan bahwa bila kita ingin meningkan produktifitas , maka kita hanya perlu memfokus pada duduk masalah tersebut. Tetapi hal tersebut jarang terjadi alasannya yaitu fokusnya mungkin tidak terdapat dalam duduk masalah tersebut. Semakin banyaknya tekanan dalam operasi sanggup meningkatkan stress dan menurunkan produktifitas. 

Sebenarnya, orang sudah mengerti apa yang harus dilakukan untuk meningkatkan produktifitas. Kurangnya pembinaan dan informasi jarang menjadi problem. Problemnya terletak pada bagaiman membuang apa yang menghalangi orang untuk melaksanakan peningkatan produktifitas. Sepanjang menyangkut duduk masalah teknis operasional, peningkatan produktifitas sanggup dilakukan dengan lebih mudah. Lain halnya apabila masalahnya menyangkut sumberdaya manusia, maka perlu bersikap lebih berhati-hati. 

Jika orang merasa bahwa mereka menjadi obyek, beban, perhiasan terhadap produksi akan sulit mengharapkan mereka menawarkan semua yang mereka sanggup lakukan. Sebaliknya bila merasa menjadi subyek, dan fokus dari semua kejadian, bila merasa menjadi subyek, dan fokus dari semua kejadian, bila merasa diperhatikan, maka mereka akan memperhatikan kita dan sistem yang dijalankan. 

Perkerja tahu benar apa yang harus dilakukan. Apabila terjadi sikap saling memperhatikan, maka produktifitas akan tiba dengan mudah, walaupun tidak berarti bahwa perjuangan ditingkat kemanusiaan sanggup mengkompensasi sesuatu yang salah ditingkat piranti keras.

Baca Juga: Pendekatan Konektif dan Pendekatan Pemberdayaan

Related Posts

Post a Comment