-->

Pengertian Kepemimpinan Hindu Dan Pendekatan Kepemimpinan

Post a Comment
Pengertian Kepemimpinan Hindu


Dalam agama Hindu, banyak ditemukan istilah yang menunjuk pada pengertian pemimpin. Ajaran atau konsep kepemimpinan (leadership) dalam Hindu dikenal dengan istilah Adhipatyam atau Nayakatvam. Kata “Adhipatyam” berasal dari “Adhipati” yang berarti “raja tertinggi”  Sedangkan “Nayakatvam” dari kata “Nayaka” yang berarti “pemimpin, terutama, tertua, kepala”

Di samping kata Adhipati dan Nayaka yang berarti pemimpin terdapat juga beberapa istilah atau sebutan untuk seorang pemimpin, yaitu: Raja, Maharaja, Prabhu, Ksatriya, Svamin, Isvara dan Natha. Di samping istilah-istilah tersebut di Indonesia kita kenal istilah Ratu atau Datu, Sang Wibhuh, Murdhaning Jagat dan sebagainya yang mempunyai arti yang sama dengan kata pemimpin namun secara terminlogis terdapat beberapa perbedaan


Asal-usul seorang pemimpin sebenarnya telah ditegaskan dalam kitab suci Veda (Yajurveda XX.9) sebagaimana telah disebutkan di muka, yang secara terang menyatakan bahwa seorang pemimpin berasal dari warga negara atau rakyat. Tentunya yang dimaksudkan oleh kitab suci ini yaitu benar-benar mempunyai kualifikasi atau kemampuan seseorang. Hal ini yaitu sejalan dengan talenta dan kemampuan atau profesi seseorang yang dalam bahasa Sanskerta disebut dengan Varna. kata Varna dari urat kata “Vr” yang artinya pilihan talenta dari seseorang.


Dalam agama Hindu, banyak ditemukan istilah yang menunjuk pada pengertian pemimpin. Bila talenta kepemimpinannya yang menonjol dan bisa memimpin sebuah organisasi dengan baik disebut Ksatriya, alasannya yaitu kata ksatriya artinya yang memberi perlindungan. Demikian pula yang mempunyai kecerdasan yang tinggi, bahagia terjun di bidang spiritual, ia yaitu seorang Brahmana. Demikian pula profesi-profesi masyarakat ibarat pedagang, bussinessman, petani, nelayan dan sebagainya.

Dalam Hindu seorang pemimpin harus bisa mengamalkan Dharma Agama dan Dharma Negara dengan baik, dengan menggandakan sifat kepemimpinan sperti Rama Dewa, Dharma Wangsa/Yudhistira, Bhisma, Raja Haricandra dan di zaman kini ibarat tokoh Mahatma Gandhi. Pemimpin yang baik dan bijaksana yang patut ditiru dan menjadi tauladan yaitu pemimpin yang bisa menerapkan pedoman kepemimpinan dalam Asta Bratha. Namun, sebelum kita membahas wacana Asta Bratha.

Pemimpin merupakan faktor yang sangat erat memilih lancar atau seretnya suatu organisasi atau sukses tidaknya suatu organisasi. Kualitas seorang pemimpin yang sukses itu bisa mengelola, mengantisipasi perubahan yang mendadak, mengoreksi kelemahan atau dengan mengambil langkah-langkah yang sangat bijaksana. Kepemimpinan dalam Bisnis sangat diharapkan alasannya yaitu kuat dalam perkembangan bisnis yang dilakukan. Bahkan ada yang menyampaikan sebenarnya leadership atau kepemimpinan merupakan sebuah huruf utama yang diharapkan dalam bisnis. 

Hal ini tidak lain alasannya yaitu tugas kepemimpinan kuat terhadap jalannya bisnis dan juga kinerja karyawan. Tidak setiap orang mempunyai leadership yang baik. Namun ada pula orang yang semenjak masih kecil sudah terlihat jiwa kepemimpinannya. Akhirnya seiring perkembangannya ia pun terbiasa mengatur dan menciptakan keputusan yang kuat pada sekitarnya. Hal ini sangat mempunyai tugas penting dalam dunia bisnis. Pendekatan kepemimpinan hindu dalam bisnis sebagai berikut:

Baca Juga: Rumusan Masalah yang Baik, Bentuk - bentuk Rumusan Masalah, dan Variabel Penelitian

Pendekatan Kepemimpinan


Dalam studi kepemimpinan pada umumnya yang saya ketahui, dikenal ada 4 (empat) macam pendekatan kepemimpinan. Yaitu: 

1. Pendekatan Sifat Kepemimpinan:

Pendekatan pertama ini, disebut teri sifat. Dibicarakan mengenai sifat-sifat yang perlu dimiliki oleh seorang pemimpin. Yaitu yang membedakan dengan yang bukan pemimpin. Para jago ilmu kepemimpinan telah mengidentifikasikan 5 sifat negative yang mencegah orang menjadi pemimpin :

a. tidak banyak mengetahui.
b. Terlalu kaku.
c. Tidak berperan serta.
d. Otoriter.
e. Suka menyerang dengan kata-kata.

2. Pendekatan Gaya Kepemimpinan:

Penelitian-penelitian yang bersumber pada pandangan gaya kepemimpinan umumnya memusatkan perhatian mereka pada perbandingan antara gaya dekokratik dan gaya otokratik. Gatto (1992) mengkategorikan gaya kepemimpinan ke dalam 4 macam: Direktif, konsultatif, partisipatif, dan gaya delegasi.

Karakteristik dari setiap gaya tersebut sanggup diuraikan secara singkat sebagai berikut:

a. Gayan Kirektif 

Pemimpin yang direktif pada umumnya menciptakan keputusa-keputusan penting dan banyak terlibat dalam pelaksanaannya. Semua kegiatan terpusat pada pemimimpin. Dan sedikit sekali kebebasan bagi bawahan untuk berkreasi. Pada dasarnya gaya direktif yaitu gaya otoriter.

b. Gaya Konsultatif

Gaya ini dibangun di atas gaya direktif. Kurang absolut dan banyak melaksanakan interaksi dengan para staf dan anggota organisasi/ bawahan. Fungsi pemimpin lebih bayak berkonsultasi, memberikan bimbingan, motivasi, memberi nasehat dalam rangka mencapai tujuan.

c. Gaya Partisipatif

Gaya ini bertolak dari gaya konsultatif yg bisa berkembang kea rah saling percaya antara bawahan dengan pemimpin. Pemimpin cenderung memberi kepercayaan pada kemampuan staf untuk menuntaskan pekerjaan mereka sebagai tanggungjawab mereka.

d. Gaya Delegasi

Disebut juga gaya Free-rein. Yaitu gaya yang mendorong kemampuan staf untuk ambil inisiatif.Kurang interaksi dan control yang dilakukan oleh pemimpin, sehingga gaya ini hanya bisa berjalan apabila staf memperlihatkan tingkst kompetensi dan tanggungjawab yang tinggi.

3. Pendekatan Situasional Kepemimpinan:

Dalam pendekatan situasional sanggup dikatakan bahwa factor determinan yang sanggup menciptakan efektif suatu gaya kepemimpinan tergantung pada situasi dimana pemimpin itu berada pada kepribadian pemimpin sendiri. Fieldler (1967, 1974) mengajukan teori Kontingen, memberikan situasi kepemimpinan digolongkan dalam 3 dimensi : 

1. Hubungan Pemimpin-Anggota, yaitu pemimpin akan mempunyai lebih banyak kekuasaaan dan pengaruh, apabila ia sanggup menjalin hubungan yang baik dengan anggota-anggota; 

2. Struktur Tugas, penugasan terstruktur baik, jelas, eksplisit, terprogram, akan memungkinkan pemimpin lebih kuat daripada penugasan itu kabur, tidak jelas, dan tidak terstruktur. 

3. Posisi Kekuasaan, pemimpin akan mempunyai kekuasaan dan efek lebih banyak apabila posisinya atau kedudukannya memperkenankan ia memberi ganjaran, hukuman, mengangkat dan memecat daripada ia tidak memeliki kedudukan ibarat itu.

4. Pendekatan Fungsional Kepemimpinan

Pendekatan ini bersifat fungsional dan menekankan pada fungsi-fungsi yang dilakukan pemimpin pada tim/kelompoknya. Nah, agat ini berjalan efektif ada dua fungsi utama yang harus dilakukan seorang pemimpin yaitu :

1. Fungsi yang berkaitan dengan pemecahan persoalan dan ini berarti pemimpin memberikan saran pemecahan masalah, memperlihatkan warta dan pendapat kepada anggota tim.

2. Fungsi-fungsi pemeliharaan (Pemecahan persoalan sosial). Ini mempunyai arti sebenarnya pemimpin menyutujui dan memberikan apresiasi kepada anggota kelompok yang berprestasi supaya kelompok termotivasi dan acara kerja pun berjalan dengan optimal.

Related Posts

Post a Comment