-->

Kegagalan Sistem Informasi, Dilema Pokok Sistem Gosip & Mengukur Kesusksesan Sistem Gosip

Post a Comment
Kesuksesan dalan kegagala sistem 

2.1 Kegagalan Sistem Informasi 

Sistem Informasi ialah kombinasi dari teknologi informasi dan aktifitas orang yang memakai teknologi itu untuk mendukung operasi dan manajemen, serta menginformasikan sebuah informasi dengan akurat, cepat, tepat waktu, dsb. Dalam arti luas, sistem informasi yang sering dipakai merujuk kepada interaksi antara orang, proses algoritmik, data, dan teknologi. 

Pada abad perkembangan teknologi dikala ini sebuah informasi sangat dibutuhkan dalam kehidupan insan contohnya untuk menambah sebuahilmu, pengetahuan, wawasan, dan membantu atau memudahkan pekerjaan sehari-hari manusia. 

Sebuah komputer bukanlah satu-satunya teknologi, namun komputer telah membawa banyak sekali perubahan pada kemajuan teknologi di Indonesia, bahkan bias dibilang komputer ialah awal dari kemajuan sebuah teknologi. 

Penyebab Kegagalan pada Sistem Informasi: 

1. Kurangnya Input Dari End User 

Kurangnya keterlibatan end user pada dikala proses perancangan sistem akan menemui kegagalam pada dikala diterapkan lantaran terjadi kesenjangan atau gap antara pengguna dan perancangan atau pakar SI. Kesenjangan itu timbul lantaran keduanya mempunyai latar belakang dan kepentingan yang berbeda (user-designer communication gap). Kesenjangan ini pada karenanya akan membuat kegagalan dalam pelaksanaan sistem informasi. 

2. Tidak Lengkapnya Pernyataan Kebutuhan dan Spesifikasi 

Kebutuhan yang telah dirumuskan tersebut apabila tidak mendapatkan proteksi berupa infrastruktur yang memadai akan mengakibatkan kegagalan pada sistem informasi. 

3. Pernyataan Kebutuhan dan Spesifikasi Yang Senantiasa Berubah-Ubah 

Penerapan sistem informasi pada suatu organisasi harus dilakukan perumusan dengan terang perihal kebutuha dan spesifikasi penggunaan sistem informasi tersebut. Pernyataan kebutuhan yang tidak ditegaskan semenjak awal akan berdampak negative pada dikala sistem informasi diimplementasikan dan pada karenanya menemui kegagalan. 

4. Kurangnya Dukungan Manajemen Eksekutif 

Apabila penerapan sistem informasi tidak mendapatkan proteksi dari beberapa unsur administrasi direktur sebagai pengambil keputusan maka penerapan sistem organisasi akan menemui kegagalan dan menimbulkan dampak menyerupai : terjadi inefisiensi biaya, pelaksanaan penerapan sistem informasi melebihi sasaran waktu yang telah ditentukan hambatan teknis serta kegagalan memperoleh manfaat yang diharapkan. 

5. Inkompetensi Secara Teknologi 

Penerapan dan pengembangan sistem informasi sangat membutuhkan peranan insan sebagai brainware/operator. Apabila sumberdaya insan dalam organisasi tidak mempunyai kompetensi akan perkembangan teknologi yang semakin maju maka penerapan sistem informasi akan mengalami kesulitan. Sistem informasi yang tidak sesuai dengan kemampuan SDM akan menimbulkan pelaksanaan sistem informasi menghadapi kegagalan. 

6. Perencanaan Yang Tidak Tepat dan Tidak Matang 

Pengembangan dan penerapan sistem informasi yang tidak didukung oleh perencanaan yang matang tidak akan bisa menjadi perantara antara banyak sekali cita-cita dan kepentingan dalam suatu organisasi. Sistem yang tidak mempunyai road map yang terang tidak bisa menjadi pegangan dalam melakukan sistem informasi sesuai tujuan organisasi. Sistem informasi yang tidak dirancang sesuai kebutuhan organisasi pada karenanya akan menemui kegagalan dalam penerapannya dan hanya menimbulkan inefisiensi dalam hal biaya, waktu dan tenaga.


2.2 Masalah Pokok Sistem Informasi 

Masalah-masalah ini bukan hanya lantaran factor teknikal dari sistem informasi tetapi juga lantaran yang bersifat non-teknikal yang kebanyakan berasal dari factor-faktor organisasi.Faktor-faktor tersebut adalah: 

1. Desain 

Sebuah sistem mungkin didesain dengan interaksi pemakai(interface)yang relative sedikit.Interface ialah kepingan dari sistem dimana pemakai final berinteraksi. Sistem informasi dikatakan gagal kalau desainnya tidak cocok dengan struktur,budaya,dan tujuan organisasi secara keseluruhan.para teoritis administrasi dan organisasi memandang bahwa teknologi sistem informasi sangat berafiliasi erat debgan komponen-komponen organisasi menyerupai tugas-tugas,struktur,orang-orang dan budaya.ketika seluruh komponen ini saling tergantung,perubahan yang terjadi pada satu elemen akan mensugesti elemen yang lainnya. 

2. Data 

Data dalam sistem mempunyai tingkat ketidakakurasian dan konsistensi yang tinggi.Informasi dalam bidang-bidang tertentu bahkan membingungkan,atau tidak ditujukan secara tepat untuk tujuan-tujuan bisnis. 

3. Biaya 

Beberapa sistem arahnya bagus,tapi dalam implementasi dan pengoprasiannya memerlukan biaya diatas anggaran .dalam masalah semacam ini,pengeluaran yang demikian besar tidak sanggup dipertimbangkan semata-mata dari nilai bisnis yang ditampilkan oleh sistem informasi tersebut tapi juga harus diperhatikan manfaat secara keseluruhan. 

4. Operasi 

Sistem tidak akan berjalan dengan baik kalau informasi tidak disediakan secara tepat waktu dan efisien lantaran operasi komputer yang mengendalikan pemprosesan informasi tidak berjalan sebagaimana mestinya.sebuan system yang on-line secara operasional dikatakan tidak cukup kalau waktu responnya demikian lama.

2.3 Mengukur Kesusksesan Sistem Informasi 

Tujuan utama diadakannya pengukuran dalam kesusksesan sistem informasi yakni untuk mengetahui seberapa besar imbas sistem dalam suatu perusahaan, apakah perusahaan tersebut berkembang dan sukses berkat adanya sistem dalam suatu perusahaan, dan seberapa besar imbas sistem dalam menyajikan informasi di suatu perusahaan. 

Terdapat banyak sekali macam cara untuk mengukur kesuksesan sistem informasi, yakni:

a. Tingkat Penggunaan Yang Tinggi. 

Dalam suatu perusahan, seberapa tinggi perusahaan tersebut bergantung pada suatu system. Hal ini sanggup diukur memakai monitor parameter menyerupai transaksi on-line dan polling terhadap karyawan perusahaan tersebut. Tingkat penggunaan yang tinggi terhadap system sangat kuat terhadap kesuksesan system, lantaran dengan penggunaan yang relative tinggi perusahaan sanggup berkembang dengan cepat dan efektif. 

b. Kepuasan Pengguna 

Pengukuran kepuasan pengguna sanggup dilakukan melalui kuesioner atau pembagian angket serta interview terhadap para karyawan perusahaan. Dari sinilah akan didapatkan hasil apakah perusahaan tersebut berhasil dalam menerapkan suatu system ataukah belum. 

c. Sikap Positif Pengguna Terhadap Sistem 

Merupakan perilaku positif para pengguna yang merasa diuntungkan dengan adanya system informasi. 

d. Tujuan Yang Dicapai 

Kita sanggup mengukur kesususesan penerapan system dalam perusahaan dengan melihat tujuan perusahaan yang tercapai dengan sempurna. 

e. Imbal Balik Keuangan 

Pengukuran kesuksesan suatu system yang selanjutnya ialah imbal balik keuangan, yang mana terdapat peningkatan penjualan serta laba yang diperoleh perusahaan terhadap diterapkannya system dalam perusahaan tersebut. 

Kelima ukuran tersebut dipertimbangkan menjadi limited value walaupun telah diambil keputusan untuk berbagi sistem tertentu.

2.4 Implementasi Konsep 

Implementasi merujuk pada semua aktifitas organisasi yang ditujukan terhadap adopsi, manajemen, dan penemuan rutin. Yang harus diyakini ialah organisasi harus menentukan para pelaku dengan karakteristik social yang cocok, sebagaimana menentukan produk yang paling unggul untuk kesuksesan inovasinya. Secara umum literature yang berkaitan dengan hal ini memfokuskan pada pembiasaan tingkat awal dan penemuan dari manajemen. Beberapa tindakan kunci yang diharapkan untuk jangka waktu yang panjang, suksesnya implementasi, dan indikator-indikator kesuksesan : 

1. Dukungan dana dari dalam 
2. Penyusunan organisasi baru 
3. Ketersediaan dan perbaikan yang terus menerus 
4. Klasifikasi personel yang baru 
5. Perubahan otoritas organisasi 
6. Internalisasi program-program pelatihan 
7. Updating sistem secara rutin 
8. Promosi orang-orang kunci 
9. Daya tahan sistem sesudah berubah dari bentuk aslinya 
10. Tercapainya tujuan penggunaan sistem 

Dalam konteks implementasi, analisis sistem ialah distributor perubahan. Analis bukan hanya berbagi solusi teknis, tetapi juga mendefinisikan konfigurasi, interaksi, aktifitas pekerjaan, dan korelasi struktur antara banyak sekali kelompok dalam organisasi.

2.5 Penyebab Kegagalan dan Kesusksesan Implementasi 

Riset perihal implementasi sistem informasi telah menawarkan bahwa tidak ada satupun klarifikasi untuk kesuksesan dan kegagalan sistem. Begitu pula perihal rumus kesuksesan sistem informasi. Tidak satupun rumus semoga suatu sistem sanggup berhasil. Namun begitu, riset telah menemukan bahwa hasil implementasi secara luas sanggup ditentukan oleh faktor-faktor berikut: 

1. Keterlibatan dan Pengaruh Pengguna 

Keterlibatan dalam desain dan operasi sistem informasi mempunyai beberapa hasil yang positif. Pertama, kalau pengguna terlibat secara mendalam dalam desain sistem, ia akan mempunyai kesempatan untuk mengadopsi sistem berdasarkan prioritas dan kebutuhan bisnis, dan lebih banyak kesempatan untuk mengontrol hasil. Kedua, pengguna berkecenderungan untuk lebih bereaksi positif terhadap sistem lantaran mereka merupakan partisipan aktif dalam proses perubahan itu sendiri. 

2. Kesenjangan Komunikasi Antara Pengguna dengan Perancang Sistem Informasi 

Hubungan antara konsultan dengan klien secara tradisional merupakan bidang duduk kasus dalam upaya sistem informasi. Pengguna dan specialist sistem informasi cenderung mempunyai perbedaan dalam latar belakang, kepentingan dan prioritas. Inilah yang sering dikatakan sebagai kesenjangan komunikasi antara pengguna dan desainer. Perbedaan ini akan mengakibatkan adanya perbedaan loyalitas organisasi, pendekatan dalam pemecahan masalah, dan referensi. 

3. Dukungan Manajemen 

Jika sebuah proyek sistem informasi menerima proteksi serta persetujuan dari administrasi di semua level, tampaknya akan dipersepsikan positif baik oleh pengguna maupun staf pelayanan teknis informasi. Dukungan administrasi juga akan meyakinkan bahwa proyek sistem akan mendapatkan cukup dana serta sumber daya lain untuk meraih kesuksesan. 

4. Tingkat Kompleksitas dan Risiko 

Beberapa proyek pengembangan sistem terdapat kecenderungan gagal lantaran sistem-sistem tersebut mengandung tingkat risiko yang tinggi dibandingkan yang lain. Para peneliti telah mengidentifikasikan tiga faktor kunci yang memengaruuhi tingkat risiko proyek,, yaitu : 
  • Ukuran proyek: Semakin besar proyek semakin besar pula risikonya. 
  • Struktur proyek: Beberapa proyek strukturnya lebih tinggi di banding yang lain. Persyaratan-persyaratannya terang dan lugas, sehingga output dan proses sanggup secara gampang ditentukan. Pengalaman dengan 
  • Teknologi: risiko proyek akan meningkat kalau tim proyek dan staf sistem informasi kurang mempunyai keahlian teknis. Semakin tinggi tingkat resiko semakin tinggi pula perjuangan implementasi akan gagal. 
  • Manajemen dan Proses Implementasi: Konflik dan ketidakpastian dalam implementasi proyek dikelola dan diorganisasi dengan cara yang tidak tepat (jelek). Sistem pengembangan proyek tanpa administrasi yang tepat besar kemungkinan akan membawa konsekuensi kerugian sebagai berikut: Biaya yang berlebih-lebihan sehingga melampaui anggaran Melampaui waktu yang telah diperkirakan Kelemahan teknis yang berakibat pada kinerja yang berada dibawah tingkat dari yang diperkirakan. Gagal dalam memperoleh manfaat yang diperkirakan.

2.6 Implementasi Sistem Informasi 

Masalah-masalah berikut perlu diperhatikan secara khusus dalam setiap tahap pengembangan sistem ketika proses implementasi dikelola secara tidak sempurna: 

1. Analisis 

Waktu, uang dan sumber daya belum dialokasikan untuk menemukan masalah. Waktu yang diharapkan dalam perencanaan pendahuluan sangat sedikit bahkan tidak ada. Penempatan staf pada proyek tidak tepat. Beberapa requirement didapatkan dari dokumentasi sistem yang tidak mencukupi. Pengguna menolak menghabiskan waktu untuk membantu tim proyek. Analisis proyek tidak sanggup mewawancarai pengguna secara baik. 

2. Desain 

Pengguna tidak mempunyai tanggung jawab terhadap input untuk aktifitas desain. Sistem di desain hanya untuk melayani kebutuhan dikala ini. Perubahan yang drastis dalam prosedur-prosedur klerikal atau staffing direncanakan tanpa dilakukan analisa dampak organisasi. Spesifikasi fungsional tidak di dokumentasikan secara cukup. 

3. Pemrograman 

Jumlah waktu dan uang yang diisyaratkan untuk pengembangan software ialah terlampau rendah. Programmer disuplai dengan spesifikasi yang tidak lengkap. Tidak cukupnya waktu yang diberikan untuk pengembangan jadwal secara logis, terlalu banyak waktu terbuang dalam penulisan kode. Programmer tidak memakai kesempatan secara maksimal dari desain struktur atau teknik-teknik yang berorientasi pada objek. Program tidak didokumentasikan secara cukup. Sumber daya yang diharapkan tidak dijadwalkan. 

4. Pengujian 

Jumlah waktu dan uang yang diharapkan untuk testing lebih rendah. Tim proyek tidak mengembangan planning tes secara terorganisasi. Pengguna tidak terlibat didalam testing secara cukup. Tim implementasi tidak berbagi tes penerimaan yang cocok untuk administrasi review. 

5. Konversi 

Waktu dan uang untuk kegiatan konversi, khususnya untuk konversi data dianggarkan tidak cukup. Tidak semua individual yang akan memakai sistem dilibatkan hingga konversi dimulai. Dokumentasi sistem dan pengguna tidak cukup. Evaluasi kinerja tidak dilakukan. Persediaan untuk perbaikan sistem tidak cukup.

Related Posts

Post a Comment