-->

Kepemimpinan Hindu Dan Implementasinya Dalam Bisnis

Post a Comment
Kepemimpinan Hindu Dan Implementasinya Dalam Bisnis 

Kepemimpinan Hindu Dan Implementasinya Dalam Bisnis Kepemimpinan Hindu Dan Implementasinya Dalam Bisnis
Kepemimpinan Hindu bersumber dari kitab suci Weda dan diajarkan oleh para orang-orang suci. Kepemimpinan Hindu juga banyak mengacu pada tatanan alam semesta yang merupakan ciptaan dari Tuhan Yang Maha Esa. 

Adapun konsep-konsep Kepemimpinan Hindu yang banyak diajarkan dalam sastra dan susastra-nya antara lain : Sad Warnaning Rajaniti, Catur Kotamaning Nrpati, Tri Upaya Sandi, Pañca Upaya Sandi, Asta Brata, Nawa Natya, Pañca Dasa Paramiteng Prabhu, Sad Upaya Guna, Pañca Satya dan lain-lain. 

Kepemimpinan mempunyai aneka macam istilah seperti: Leadership “leader” dari kata asing, management dari kata ilmu manajemen dan Nitisastra dari kata Hindu. Kata Niti Sastra memang sudah tidak aneh lagi dikalangan tokoh terpelajar, akan tetapi bagi masyarakat yang awam masih terasa aneh dengan kata ini. Pada masyarakat Hindu di Bali lebih mengenal dengan istilah Kekawin Niti Sastra. Kekawin Niti Sastra berisikan perihal ilmu kepemimpinan yang bisa dipakai dan diterapkan kedalam kehidupan masyarakat dan pendidikan. Banyak tokoh yang menyampaikan bahwa Niti Sastra yakni pedoman perihal ilmu politik, dan tidak sedikit juga berpandangan bahwa Niti Sastra berarti ilmu kepemimpinan. 

Secara umum, kepemimpinan diartikan sebagai kemampuan untuk mengkoordinir dan mengerahkan orang-orang serta golongan-golongan untuk tujuan yang Bahasan mengenai pemimpin dan kepemimpinan pada umumnya menjelaskan bagaimana untuk menjadi pemimpin yang baik, gaya dan sifat yang sesuai dengan kepemimpinan serta syarat-syarat apa yang perlu dimiliki oleh seorang pemimpin yang baik. 

Pemimpin yang baik berdasarkan Hindu yakni pemimpin yang bisa memperlihatkan tauladan, selalu mengusahakan kesejahteraan rakyat (sukanikangrat), dan menghindari kesenangan eksklusif (agawe sukaning awak). Hal ini ditegaskan dalam Arthasastra, bahwa kebahagiaan kepala Negara terletak pada kebahagiaan rakyatnya, apapun yang menyebabkan dirinya senang hendaknya tidak beranggapan bahwa itu yang baik, tetapi apapun yang membuat rakyat senang itulah yang terbaik bagi seorang raja. 

Dalam agama Hindu, banyak ditemukan istilah yang menunjuk pada pengertian pemimpin. Bila talenta kepemimpinannya yang menonjol dan bisa memimpin sebuah organisasi dengan baik disebut Ksatriya, lantaran kata ksatriya artinya yang memberi perlindungan. Demikian pula yang mempunyai kecerdasan yang tinggi, senang terjun di bidang spiritual, ia yakni seorang Brahmana. Demikian pula profesi-profesi masyarakat menyerupai pedagang, bussinessman, petani, nelayan dan sebagainya. 

Etika sanggup mengantarkan seseorang untuk bisa bersikap rasional, kritis dan sadar untuk membentuk pendapatnya sendiri dan bertindak sesuai dengan keyakinan penuh serta mempertanggungjawabkan pilihan dari tindakannya tersebut. Diera globalisasi ketika ini, sopan santun merupakan sebuah unsur penting yang sangat dibutuhkan sebagai pola dalam melaksanakan kegiatan bisnis baik itu dari sisi ekonomi atau keuangan, social, budaya, politik, dan sebagainya. Selain itu sopan santun juga merupakan suatu pedoman dan menjadi landasan moral bagi seorang pemimpin. 

Dalam budaya bali kepemimpinan hindu dikenal dengan pedoman atau konsep Asta Brata. Asta Brata yakni contoh kepemimpinan hindu yang terdapat dalam Itihasa Ramayana. Asta Brata yaitu delapan tipe kepemimpinan yang merupakan delapan sifat kemahakuasaan Tuhan. Ajaran ini diberikan Sri Rama kepada Wibhisana sebagai raja Alengka Pura menggantikan kakaknya Rahwana. Dalam konsep Asta Brata ada delapan pedoman kepemimpinan hindu yang perlu diterapkan dan dijadikan sebagai pedoman dalam diri seorang pemimpin, yakni terdiri dari: 
  • Indra Brata yang artinya seorang pemimpin hendaknya mengikuti sifat-sifat tuhan indra sebagai tuhan pemberi hujan atau dikenal dengan memberi kesejahteraan kepada rakyat. 
  • Yama Brata yang artinya seorang pemimpin mengikuti sifat-sifat Dewa Yama yaitu membuat hokum, menegakkan aturan dan memperlihatkan eksekusi secara adil kepada setiap orang yang bersalah. 
  • Surya Brata yang artinya seorang pemimpin sanggup memperlihatkan penerangan secara adil dan merata kepada seluruh rahyat yang dipimpinnya serta selalu berbuat berhati-hati menyerupai matahari sangat berhati-hati dalam menyerap air. 
  • Candra Brata yang artinya seorang pemimpin hendaknya selalu memperlihatkan wajah yang tenang dan berseri-seri sehingga masyarakat yang dipimpinnya merasa yakin akan kebesaran jiwa dari pemimpinnya. 
  • Bayu Brata yang artinya seorang pemimpin hendaknya selalu sanggup mengehtahui dan menyelidiki keadaan serta kehendak yang bahwasanya terutama keadaan masyarakat yang hidupnya paling menderita. 
  • Kuwera Brata yang artinya seorang pemimpin hendaknya harus bijaksana dalam memakai dana atau uang serta selalu ada hasrat untuk mensejahterakan masyarakat dan tidak menjadi pemboros yang hasilnya sanggup merugikan negara dan masyarakat. 
  • Baruna Brata yang artinya seorang pemimpin hendaknya sanggup memberantas segala jenis penyakit yang berkembang di masyarakat, menyerupai pengangguran, kenakalan remaja, pencurian, dan pengacau keamanan negara. 
  • Agni Brata yang artinya seorang pemimpin hendaknya harus mempunyai sifat-sifat selalu sanggup memotivasi tumbuhnya sifat ksatria dan semangat yang berkobar dalam menundukkan musuh-musuhnya. 
Kepemimpinan Hindu merupakan hal yang sangat terkait dengan etika. Sifat dan perilaku yang dimiliki seorang pemimpin merupakan penentu berhasil atau tidaknya seorang pemimpin dalam menjalankan roda pemerintahan. Sifat dan perilaku yang dimiliki oleh pemimpin sanggup disempurnakan dengan mendalami, mempedomani, dan mengamalkan ajaran-ajaran serta aneka macam ilmu pengetahuan yang dipelajari, menyerupai halnya pedoman Asta Brata 

A. Tujuan Kepemimpinan Hindu 

Di Bali, kepemimpinan juga disebut sebagai suatu seni dan teknik dalam rangka meyakinkan dan menggerakkan orang lain guna mencapai tujuan tertentu ataupun tujuan bersama. Sebagaimana tujuan hidup berdasarkan konsep hindu yakni yaitu Moksartham Jagad Hita, maka kepemimpinan hindu bertujuan untuk mengantarkan kelompok, masyarakat atau Negara yang dipimpinnya mencapai keadaan senang lahir dan bathin. Untuk mendukung hal ini dibutuhkan interaksi yang baik antara seorang pemimpin dengan Tuhan, pemimpin dengan insan dan pemimpin dengan alam atau lingkungan. Dalam konsep hindu, pedoman kepemimpinan tersebut berlandasakan dengan konsep Tri Hita Karana. Konsep Tri Hita Karana merupakan suatu konsep atau pedoman dalam agama hindu yang menekankan pada bagaimana antara sesama bisa hidup secara tenang dan rukun. Tri Hita Karana diartikan sebagai tiga penyebab kesejahteraan yang bersumber pada keharmonisan korelasi antara lain yaitu: 
  1. Manusia dengan Tuhan (Parhyangan), 
  2. Manusia dengan alam lingkungannya (Palemahan), 
  3. Manusia dengan sesamanya (Pawongan). 
Dilihat dari sudut pandang kepemimpinan di bali ketika ini, konsep Asta Brata dan Tri Hita Karana sebagai dasar sopan santun kepemimpinan sangat dibutuhkan untuk menjadi landasan bagi jiwa seorang pemimpin. 

Dalam rangka mewujudkan tujuan agama dan tujuan hidup insan ini, umat Hindu sudah tentu tidak sanggup melakukanya sendiri. Dengan kemampuan yang terbatas, idealnya mereka hendaknya melaksanakan kolaborasi secara permanen dan berkesinambungan dengan sesamanya. Bentuk kerjasama yang sangat permanen dan lengkap itu untuk umat insan disebut negara. Negara sebagai wadah umat insan untuk mewujudkan harapan hidupnya mempunyai empat prinsip dasar, antara lain sebagai berikut : 
  • Machstaat yakni prinsip negara untuk menguasai segala potensi yang dimiliki oleh negara yang bersangkutan untuk diabdikan kembali pada tujuan masyarakat negara itu. 
  • Rechstaat yakni prinsip negara yang bertujuan untuk mengatur kehidupan negara supaya aneka macam keadaan dan kepentingan yang berbeda-beda sanggup diatur dalam rangka mempercepat tercapainya tujuan negara. 
  • Polisistaat yakni suatu prinsip negara yang memandang segala seluk beluk kehidupan negara harus dijaga supaya tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan demi terwujudnya negara yang tepat sasaran. 
  • Supervisorystaat yakni prinsip negara yang memandang bahwa fungsi negara ialah mendorong segala unsur-unsur negara untuk lebih cepat mencapai tujuan. 
Bagi umat yang menerima kesempatan sebagai pemimpin Negara, tuntunan pedoman agama hindu bertujuan untuk membentuk kepemimpinan Negara yang baik,kuat, bersih, dan berwibawa. 


B. Fungsi Kepemimpinan Hindu 

Berdasarkan tinjauan terminologis, etimolis dan semantik serta berdasar kutipan-kutipan terjemahan mantra Veda dan terjemahan sloka-sloka kitab Arthasastra maka sanggup dirumuskan fungsi-fungsi kepemimpinan Hindu atas dua jenis fungsi, yaitu: 
  • Melindungi masyarakat, memperlihatkan rasa aman, bertanggung jawab serta memperlihatkan bimbingan kepada warganya untuk turut mewujudkan rasa kondusif dan tentram dikalangan mereka (fungsi security). 
  • Mewujudkan kemakmuran bahu-membahu anggota masyarakat untuk mewujudkan kesejahtraan, kemakmuran dan melepaskan pederitaan masyarakat lahir dan batin (fungsi prosperity). 
  • Fungsi-fungsi Agama Bagi Kehidupan Manusia Yang Dipahami Oleh Seorang Pemimpin 
  • Kepemimpinan yang berlandaskan pedoman Agama Hindu tentunya sanggup mengaktualisasikan pedoman Agama Hindu. 
Untuk itu fungsi-fungsi agama bagi kehidupan insan harus disadari dan dipahami oleh seorang pemimpin, alasannya yakni membahas kepemimpinan Hindu tidak sanggup melepaskan diri untuk tidak mengkaji pedoman Agama Hindu. Dalam hubungannya dengan kehidupan manusia, agama dan juga pemimpin atau kepemimpinan mempunyai fungsi-fungsi sebagai berikut : 
  • Sebagai factor motivatif, mendorong, mendasari, melandasi harapan dan amal perbuatan insan dalam seluruh aspek kehidupannya. 
  • Sebagai faktor kreatif, produktif dan innovatif, mendorong dan mengharuskan untuk tidak hanya melaksanakan kerja produktif saja, tetapi juga kreatif dan innovatif. 
  • Sebagai faktor integratif, memadukan segenap kegiatan insan baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat dalam aneka macam bidang kehidupan. Keyakinan dan penghayatan terhadap pedoman agama akan menghindarkan insan dari situasi dan kepribadiannya yang pecah. Dengan keutuhan kepribadiannya itu insan akan bisa menghadapi aneka macam macam tantangan dan resiko kehidupan. 
  • Sebagai faktor sublimatif atau transformatif, bisa mengubah perilaku dan prilaku, perkataan maupun perbuatan sesuai sesuai dengan pedoman agama. 
  • Sebagai faktor inspiratif, memperlihatkan ide bagi pengembangan seni dan budaya yang dijiwai oleh Agama Hindu. 
C. Sifat-Sifat Kepemimpinan Hindu 

Sifat dan perilaku yang dimiliki seorang pemimpin merupakan penentu berhasil atau tidaknya seorang pemimpin dalam menjalankan roda pemnerintahan. Sifat dan perilaku yang dimiliki oleh pemimpin sanggup disempurnakan dengan mendalami, mempedomani, dan mengamalkan ajaran-ajaran serta aneka macam ilmu pengetahuan yang dipelajari. 
  • Sifat-sifat pokok, yaitu sifat-sifat dasar yang dimiliki oleh setiap pemimpin, antara lain adil, suka melindungi/mengayomi, penuh inisiatif, penuh daya tarik, dan penuh kepercayaan pada diri sendiri. 
  • Sifat-sifat khusus lantaran imbas tempat, yaitu sifat-sifat yang pada pokoknya sesuai dengan keperibadian bangsa, menyerupai bangsa Indonesia dengan Pancasila sebagai keperibadiannya, sebagai dasar Negara, dan harapan bangsa. 
  • Sifat-sifat khusus lantaran imbas dari aneka macam macam atau golongan pemimpin, menyerupai pemimpin partai politik, pemimpin keagamaan, pemimpin serikat buruh, dan sebagainya. 
Dalam lontar Raja Pati Gondala disebutkan ada sepulu hal yang patut dijadikan sahabat oleh seorang pemimpin, yaitu: 
  1. Satya, artinya kejujuran 
  2. Arya, artinya orang besar 
  3. Dharma, artinya kebajikan 
  4. Asurya, artinya orang yang sanggup mengalahkan musuh 
  5. Mantri, artinya orang yang sanggup mengalahkan kesusahan 
  6. Salyatawan, artinya orang yang banyak sahabatnya. 
  7. Bali, artinya orang yang besar lengan berkuasa dan sakti. 
  8. Kaparamarthan, artinya kerohanian 
  9. Kadiran, artinya orang yang tetap pendiriannya 
  10. Guna, artinya orang yang pandai. 
Demikianlah sifat-sifat yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin supaya sanggup memimpin masyarakatnya dengan baik sehingga tercapai tujuan bangsa dan Negara yang dipimpinnya. 

Kesimpulan 

Dari uraian diatas sanggup ditarik sebuah kesimpulan bahwa Tri Hita Karana dan Asta Brata yakni merupakan suatu pedoman dan pedoman yang menjadi konsep ideal serta landasan dasar dari sopan santun seorang pemimpin berdasarkan Hindu untuk membuat kepemimpinan yang menghasilkan komunikasi yang baik, korelasi yang serasi sehingga memicu kerukunan dan berhasil untuk membuat suatu kebahagiaan antara insan dengan Tuhan, insan dengan sesamanya, serta hubungan, dan saya menegaskan kepada para generasi muda Hindu supaya bisa mengambil nilai-nilai luhur dari konsep-konsep kepemimpinan Hindu tersebut. Implementasikanlah konsep-konsep kepemimpinan Hindu tersebut dalam kehidupan sehari-hari supaya nantinya ada banyak pimpinan-pimpinan yang berasal dari generasi muda Hindu. 

Related Posts

Post a Comment