-->

Perilaku Kepemimpinan Yang Efektif, Kendala Perubahan & Janji Pada Perubahan

1. Perilaku Kepemimpinan yang Efektif 

Pemimpin yang efektif yakni seorang yang tidak hanya bekerja sendiri tanpa melibatkan siapapun, melainkan bisa memanfaatkan banyak sekali potensi yang mengelilinginya. Kepemimpinan efektif bukan sekedar pusat kedudukan atau kekuatan akan tetapi merupakan interaksi aktif antar komponen yang efektif. kepemimpinan yang berorintasikan pada; sikap pemimpin, pengikut, dan antar hubungan, untuk mencapai tujuan. Terdapat dua variabel utama dari sikap yang mempengaruhi efektivitas kepemimpinan yaitu; sikap dengna orientasi kiprah (task oriented), sikap dengan orientasi orang (people oriented). 

Makin tinggi sikap perhatian orientasi pada kiprah dan pada orang, maka kepemimpinan makin menjadi efektif. Perilaku gaya kepemimpinan merupakan cara–cara berinteraksi seorang pemimpin dalam melaksanakan aktivitas pekerjaan. Gaya bersikap dan gaya bertindak akan nampak dari cara–cara pemimpin tersebut pada ketika melaksanakan pekerjaan, antara lain: cara memperlihatkan perintah, cara memperlihatkan tugas, cara berkomunikasi, cara membuat keputusan, dan sebagainya. Apabila pemimpin melaksanakan aktivitas tersebut menempuh dengan cara–cara tegas, keras, sepihak, mengutamakan penyelesaian tugas, melaksanakan pengarahan dan pengawasan ketat, maka gaya kepemimpinan menyerupai itu cenderung disebut gaya kepemimpinan berorientasi pada kiprah (task oriented). 

Sebaliknya apabila pimpinan melaksanakan aktivitas menempuh dengan cara–cara lembut, halus, simpatik, interaksi timbal balik, melaksanakan ajakan, menghargai pendapat, memperhatikan perasaan, membina hubungan serasi, maka gaya kepemimpinan ini cenderung disebut gaya kepemimpinan yang berorientasi pada orang (people oriented). Dalam beberapa penilitian memperlihatkan bahwa gaya pemimpin makin tinggi perhatian pada tugas, maka produktivitas organisasi makin meningkat. Begitu pula gaya pemimpin makin tinggi perhatiannya pada orang, maka produktivitas organisasi makin menjadi meningkat. 

A. Perilaku Kepemimpinan yang Efektif 

Ada tiga jenis sikap kepemimpinan efektif,yaitu: 

1. Perilaku yang berorientasi tugas

Para pemimpin yang efektif tidak memakai waktu dan usahanyadengan melaksanakan pekerjaan yang sama menyerupai bawahannya. Sebaliknya, para pemimpin yang efektif berkonsentrasi pada fungsi-fungsi yang berorientasi padatugas menyerupai merencanakan dan mengatur pekerjaan, mengkoordinasikan aktivitas para bawahan, dan menyediakan keperluan, peralatan dan santunan teknis yang dibutuhkan. 

2. Perilaku yang berorientasi hubungan

Bagi para pemimpin yang efektif, sikap yang berorientasi kiprah tidakterjadi dengan mengorbankan perhatian terhadap hubungan antar manusia.Para pemimpin yang efektif lebih penuh perhatian, mendukung, dan membantu para bawahan. Perilaku mendukung yang berkorelasi dengan kepemimpinan yangefektif mencakup memperlihatkan kepercayaan dan rasa percaya, bertindak ramahdan oerhatian, berusaha memahami permasalahan bawahan, membantumengembangkan bawahan dan memajukan karier mereka, selalu memberikaninformasi kepada bawahan, memperlihatkan apresiasi terhadap ide-ide bawahan, danmemberikan ratifikasi atas donasi dan keberhasilan bawahan. 

3. Kepemimpinan partisipatif

Para pemimpin yang efektif lebih banyak memakai supervise kelompok dari pada mengendalikan tiap bawahan sendiri-sendiri. Pertemuan kelompok memudahkan partisipasi bawahan dalam mengambil keputusan,memperbaiki komunikasi, mendorong kerjasama, dan memudahkan pemecahankonflik. Peran pemimpin dalam pertemuan kelompok yang utama yakni harusmemandu diskusi dan membuatnya mendukung, konstruktif, dan berorientasi pada pemecahan masalah 

B. Fungsi Kepemimpinan Yang Efektif 

Fungsi seorang pemimpin yang efektif adalah: 

a. Membantu mencapai target organisasi 
b. Menggerakan anggota menuju target tersebut 
c. Mewujudkan interaksi dan keterikatan antar individu 
d. Memelihara kekuatan dan kohesi anggota. 

C. Sifat Kepemimpinan Yang Efektif 

Sifat–sifat utama yang dikaitkan dengan kepemimpinan efektif intinya yaitu: 

1) Kecerdasan; merupakan salah satu sifat pemimpin di mana adanya kecenderungan bahwa pemimpin lebih cerdas daripada pengikutnya. 

2) Kepribadian; merupakan totalitas sikap dan sikap yaitu banyak sekali cara seorang bereaksi dan berinteraaksi dengan orang lain, yakni berkaitan dekat dengan kepemimpinan efektif. 

3) Kemampuan; orang mempunyai hubungan aktual untuk mengawasi dalam hirarki organisasi. 

Filosofi pola pikir teori sikap menurut bahwa kepemimpinan berafiliasi dengan sikap seorang pemimpin dengan mengemukakan bahwa sikap spesifik membedakan pemimpin dari bukan pemimpin.

D. Kunci kepemimpinan yang Efektif

Lima kunci kepemimpinan yang efektif: 

1. Hadapi tantangan. 

Para pemimpin hebat cukup berani untuk menghadapi situasi menantang. Hadapi dengan terbuka dan jujur. Komunikasi sehari-hari dengan para staf, menginformasikan mereka informasi baik dan jelek serta bagaimana sikap perusahaan menghadapi tantangan, akan membuat para karyawan merasa bahwa pemimpinnya mempercayai mereka. 

2. Menangkan kepercayaan. 

Para karyawan akan lebih loyal dan antusias ketika mereka bekerja dalam lingkungan yang dijalankan oleh orang-orang yang mereka percaya. Membangun kepercayaan bisa dilakukan dalam banyak sekali cara. Menurut Handal, pertama-tama yakni dengan memperlihatkan pada karyawan bahwa kita peduli dengan mereka. Misalnya, tanyakan karyawan wacana kelulusan belum dewasa mereka. Tunjukkan pada mereka bahwa kita tertarik dengan kesuksesan mereka dan diskusikan jalan karir dengan mereka secara rutin. 

3. Jadilah diri sendiri. 

Karyawan dan orang-orang yang terlibat dalam perusahaan kita akan bisa mengetahui kalau kita berpura-pura menjadi orang lain. Hal itu bisa membuat mereka bertanya-tanya apa kita berpura-pura juga untuk hal lainnnya. “Gunakan kelebihan dan abjad kepribadian Anda untuk menyebarkan gaya kepemimpinan,” ujar Handal. 

4. Dapatkan rasa hormat. 

Ketika membawa diri dengan cara yang etis, maka kita mendapat rasa hormat dari orang-orang di sekeliling. Pelanggan cenderung tidak akan berbisnis dengan perusahaan kalau perusahaan tersebut tidak menghormati nilai-nilai atau kepemimpinan. 

5. Stay curious. 

Pemimpin yang baik selalu ingin tahu dan berkomitmen untuk belajar. Mereka ingin tahu dan selalu mencari ide-ide baru, wawasan, dan informasi. “Pemimpin paling sukses yang saya tahu yakni orang-orang yang rasa ingin tahunya tinggi. Mereka tertarik dengan segala hal di sekitar mereka yang berkontribusi untuk visi mereka,” ucap Handal. 



2. Hambatan Perubahan Dalam Kepemimpiinan Yang Efektif

Hambatan perubahan juga sering muncul dari keengganan individual yang berasal dari faktor kebiasaan, ketidak siapan, terusiknya rasa aman, kekhawatiran akan berkurangnya penghasilan dan bertambahnya kerepotan, ketakutan terhadap hal-hal yang belum dikenali, dan persepsi negatif yang berasal dari informasi mengenai kegagalan-kegagalan upaya perubahan. Perubahan organisasi bukanlah hal yang gampang dilakukan. 

Ada banyak hambatan yang bisa menghadang program-program perubahan. Berikut hal-hal yang menjadi hambatan perubahan dalam organisasi, yakni; kendala-kendala sistem keorganisasian dan kekuasaan, perbedaan-perbedaan dalam orientasi fungsional dan struktur organisasi yang mekanistik, kultur organisasi, norma kelompok, fatwa kelompok (group think) dan kendala-kendala individual, menyerupai ketidak siapan yang menimbulkan rasa ketidak pastian, kekhawatiran, dan ketidak amanan.

Berikut hal-hal yang menjadi hambatan dan bagaimana mengatasinya, yakni;

1. Komunikasi Yang Kurang Baik

Komunikasi dalam kepemimpinan melibatkan minimal dua pihak: Pihak yang memimpin dan pihak yang dipimpin. Komunikasi antara keduanya sangat menentukan dalam hal ini. Seorang pemimpin sering kali merasa bahwa ia sudah memberikan suatu pesan kepada bawahannya secara jelas. Berarti, bawahannya harus menjalankannya. Kalau ini terjadi di perusahaan-perusahaan profit, yang setiap karyawannya digaji, tidak masalah. Bawahan harus berusaha mengerti apa yang dimaksudkan oleh pemimpinnya. Jika tidak, ia akan dinilai tidak baik, dan itu akan memengaruhi gajinya. Dalam pelayanan, kita berhadapan dengan orang-orang yang bekerja dengan sukarela. Bukan bawahan yang berusaha untuk mengerti. Tetapi, pemimpinlah yang berusaha untuk memahami bawahan, dan selanjutnya mengomunikasikan dengan terang dan menarik apa yang menjadi cita-cita atau visinya.

Pedoman yang dikeluarkan oleh buletin Christian Management Association berikut ini kiranya sanggup menolong Anda mengatasi hambatan komunikasi.

1. Berusahalah mendapat kepercayaan dari bawahan Anda.

Kredibilitas seorang pemimpin itu penting dan sangat memengaruhi kepercayaan orang yang dipimpin. Jika seorang pemimpin tidak lebih pandai dari bawahannya, ia akan mengalami kesulitan dalam memimpin. Jika seorang pemimpin forum kerohanian tidak lebih rohani dari anak buahnya, ia akan dianggap remeh. Intinya, seorang pemimpin harus mempunyai nilai tambah dibandingkan dengan bawahannya.

2. Komunikasikan secara terbuka.

Keterbukaan dalam berkomunikasi akan menumbuhkan rasa saling percaya di antara kedua belah pihak. Sampaikanlah bukan saja apa yang Anda perlu sampaikan, melainkan lebih dari itu. Keterbukaan yang dimaksud tentu bukanlah tanpa kebijaksanaan. Saya bahagia dengan orang yang terbuka, tetapi saya lebih bahagia dengan orang terbuka yang disertai dengan budi yang dari Tuhan.

3. Sampaikanlah maksud Anda dengan terang dan spesifik.

Lebih baik memakai satu kalimat yang sanggup dimengerti, daripada seribu kalimat yang sulit dimengerti. Jika Anda berkata kepada bawahan Anda, "Hari ini kau bekerja dengan baik." Ungkapan Anda itu malah menimbulkan banyak pertanyaan, dan bawahan Anda bisa meragukan Anda. Lebih baik Anda berkata, "Surat yang kau ketik ini higienis dan rapi."

4. Komunikasi sebaiknya bersifat interaktif.

Anda hendaknya bersikap sedemikian rupa sehingga orang lain merasa bebas untuk memberi respons terhadap Anda dan tidak takut untuk memberikan tanggapan, reaksi, gagasan, kritik, atau komentar mereka.

5. Berkomunikasilah secara teratur.

Hubungan dengan bawahan tidak hanya melalui rapat, tetapi juga melalui pertemuan-pertemuan informal. Salah seorang pemimpin sebuah organisasi pelayanan selalu menyempatkan diri untuk berbicara dengan bawahannya (mulai dari tukang sapu hingga wakilnya) secara pribadi. Biasanya, ia menjadwalkan satu orang setiap hari secara bergiliran.

2. Kurangnya Pemahaman Mengenai Proses Komunikasi

Proses komunikasi berjalan melalui dua jalur, yakni jalur formal (resmi) dan jalur informal (tidak resmi). Dengan kata lain, komunikasi terjadi melalui apa yang Anda katakan atau tulis, dan apa yang Anda perlihatkan (sikap, perasaan, nilai yang dianut).

Yang justru lebih besar pengaruhnya yakni pesan yang diterima secara formal. Kesan yang ditampilkan menyerupai kedudukan, sikap, perhatian, kredibilitas, kesaksian hidup, jauh lebih memengaruhi orang lain ketimbang apa yang kita bicarakan. Ada ungkapan yang mengatakan, "Pemberita yakni informasi itu sendiri."

Ketegangan (Stres)

Seorang pemimpin harus cepat tanggap terhadap stres yang dialaminya sendiri maupun oleh anak buahnya. Dalam tahap tertentu, stres itu berkhasiat bahkan diperlukan. Tetapi, stres yang berlebihan akan membuat segalanya kacau balau.

Setiap orang berbeda dalam daya tahan terhadap suatu ketegangan, dan masing-masing memunyai reaksi yang berbeda terhadap ketegangan. Penyebab ketegangan dan perbedaan reaksi orang terhadapnya, yakni; Perubahan dalam pelayanan, Penurunan mutu dalam hubungan, Kurangnya buah-buah pelayanan kerja, Menyesuaikan dengan lingkungan baru. 

Hal-hal yang mengakibatkan stres, berikut penjelasannya:

A. Stres skala kecil (kurang baik):

Sering bosan, Sikap apatis, Suka ketiduran, Motivasi kurang, Rasa malas, Bersikap negative, dan Pikiran tumpul.

B. Stres yang pas (baik):

Timbul semangat, Motivasi besar, Menjadi waspada, Energi tinggi, Analisis tajam, Persepsi tajam, dan Bersikap tenang.

C. Stres yang tingkat tinggi (kurang baik):

Susah tidur, Praktis tersinggung, Gampang celaka, Kurang nafsu makan, Hubungan tegang, Salah penilaian, dan Sulit mengambil keputusan.

3. Tidak Memunyai Teman

Orang yang tidak sanggup bekerja sama dengan orang lain akan mengalami kesulitan dalam pelayanan. Seorang pemimpin harus diakui bahwa ia yakni seorang yang telah menapaki sekian anak tangga untuk mencapai kariernya. Tetapi, jangan lupa, sehabis ia mencapai puncak kepemimpinannya itu, ia pun hingga pada suatu keadaan sendirian. Kebanyakan orang sungkan berkomunikasi dengannya alasannya yakni kedudukannya itu. Orang yang berafiliasi dengannya umumnya hanya dalam suasana formal. Padahal, sebagai seorang manusia, ia membutuhkan sapaan sebagai seorang sahabat. Akibatnya, ia menjadi kesepian.

4. Kurang Siap Dalam Menghadapi Arus Perubahan

Memang ada suatu ancaman besar, bahwa suatu forum rohani akan tetap meneruskan cara-cara kerja yang bahwasanya sudah ketinggalan zaman, dan kurang menyadari bahwa perubahan situasi seharusnya dihadapi dengan cara-cara yang berlainan. Metode hari ini belum tentu cocok untuk yang akan datang. Kita harus peka terhadap perubahan.

Dunia dan perubahannya kini ini berjalan begitu cepat sehingga kalau kita tidak segera membuat penyesuaian, maka kita akan ketinggalan. Banyak pemimpin gereja kini ini yang cenderung mempertahankan apa yang sudah menjadi kebiasaan nenek moyang mereka dulu. Memang ada hal-hal tertentu, menyerupai keyakinan dan beberapa budi lainnya yang tidak berubah. Tetapi, hal-hal yang menyangkut metode, perlu mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan yang sedang terjadi.

3. Komitmen Pada Perubahan Dalam Kepemimpiinan Yang Efektif

Komitmen yakni sesuatu yang membuat seseorang membulatkan hati,bertekad berjerih payah,berkorban dan bertanggung jawab demi mencapai tujuan dirinya dan tujuan organisasi atau perusahaan yang telah disepakati atau ditentukan sebelumnya. Terwujudnya nilai-nilai pembaharuan organisasi diharapkan sebuah janji dari para pemimpin, sehingga para pemimpin senantiasa mempunyai tingkat kepekaan terhadap perubahan. Pemimpin tidak hanya dituntut untuk melaksanakan segala sesuatu secara efektif dan efisien, tetapi juga harus melaksanakan kiprah organisasi dengan benar dan tepat, sesuai dengan gelombang maupun tantangan masa depan yang menghadang dan mempengaruhi organisasi.

A. Komitmen Pada Perubahan Kepemimpinan

Ada “sepuluh janji kepemimpinan” yang diharapkan dari setiap pemimpin, yaitu :

1. Mencari Peluang yang Menantang

Seorang pemimpin diharapkan berusaha tidak mempertahankan “status quo” atau “kemapanan yang statis”, tetapi menyesuaikan dengan perubahan yang terjadi.
Untuk mewujudkan janji tersebut diharapkan antara lain:
a. Memperlakukan setiap penugasan sebagai sesuatu yang manggairahkan untuk mencapai sukses masa depan
b. Memiliki kepedulian untuk mencari taktik untuk mengubah “status quo” sehingga sanggup merencanakan perubahan atau peluang baru.

2. Berani Mencoba dan Bersedia Tanggung Resiko

Pemimpin mempunyai tekad yang kuat dan keikhlasan untuk selalu mencar ilmu dari keberhasilan dan kegagalan meski kosekuensinya besar. Pemimpin memandang pentingnya keberanian untuk bersedia “tanggung resiko” sebagai jawaban perjuangan untuk lebih maju, sehingga banyak yang meyakini bahwa menjadi pemimpin yakni hidup dalam alam kehidupan yang penuh resiko. 

Nilai yang terkandung dalam kosep ini: Menciptakan prosedur untuk menampung ide-ide inovatif, Mulai melaksanakan percobaan dalam skala kecil, Membentuk kelompok kerja inovatif, Menghargai setiap pekerjaan, Menganalisis hasil-hasil percobaan-percobaan, dan embina mental berani mencoba

3. Memimpin Masa Depan

Setiap pemimpin harus menampilkan pribadi yang memancarkan suatu visi atau pandangan ke depan yang kuat. Tugas pemimpin membuat visi yang terang demi peningkatan masa depan organisasi dan anggota organisasi. 

Prinsip yang diharapkan untuk menyebarkan prinsip ini adalah: Mawas diri (mengenali diri sendiri), Menetapkan masa depan yang diharapkan, Merancang apa yang belum pernah dipikirkan orang lain, Melatih intuisi dan ketajaman rasa, dan Selalu berorientasi ke depan

4. Membina Kesamaan Visi

Yaitu mengkomunikasikan visinya kepada semua pihak yang terkait dengan upaya mewujudkan visinya. Visi pemimpin merupakan visi bersama dari seluruh anggota organisasi yang dipimpinnya (shared vision). Langkah yang diharapkan dalam perjuangan penyamaan visi diantaranya: Identifikasi pihak yang perlu disamakan visinya, Mencari dasar-dasar persamaan pandang, dan Mengadakan interaksi yang intensif untuk untuk menyamakan visi

5. Menggalang Kerjasama

Membina kerjasama yakni meningkatkan keterpaduan potensi organisasi melalui penyamaan tujuan dan membina saling percaya diantara anggota organisasi. Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah: Menciptakan kebersamaan, Menciptakan peluang interaksi, Menciptakan keterbukaan, Tidak terpaku pada kegagalan lama, Melibatkan pihak lain dalam setiap proses, dan Mengembangkan suasana saling perca

6. Memperkuat Mitra Kerja

Pemimpin berkewajiban membagi kekuasaan dan informasi yang dimilikinya biar semua terlibat dalam proses pembaharuan. Upaya yang sanggup dikembangkan: Mengenal setiap kawan kerja, Mengembangkan kemampuan hubungan antar pribadi, Melayani pihak lain lebih tulus, Mengembang keleluasaan pihak lain untuk bertanggung jawab, Mengembangkan keterbukaan informasi bagi semua pihak, dan Membina kemitraan dengan memperlihatkan dukungan

7. Menunjukkan Keteladanan

Pemimpin berkewajiban membuat orang lain sanggup berbuat dengan memperlihatkan rujukan bagi pertumbuhan selanjutnya. Kemungkinan yang sanggup dilakukan: Jangan melewatkan setiap peluang yang ada, Menciptakan lebih banyak peluang untuk penyebaran visi dan pembaharuan, Memelihara gambaran pemimpin yang konsisten dalam merealisasikan visinya, dan Menjadikan setiap peluang sebagai kesempatan belajar

8. Merencanakan Keberhasilan Bertahap

Pemimpin harus bisa membuat keberhasilan kecil secara sedikit demi sedikit dan berkesinambungan dengan membina janji dari semua pihak terkait. Beberapa hal yang sanggup dilakukan: Membuat planning dengan cermat, Menciptakan model-model pembaharuan, Menyelesaikan setiap tahapan pembaharuan dengan tuntas, Memanfaatkan proses, penerimaan penemuan dengan wajar, dan Memberikan kesempatan untuk bebas memilih

9. Menghargai Setiap Peran Individu

Dalam menghargai setiap kiprah individu, beberapa hal yang perlu diperhatikan: Tetapkan ukuran kinerja, Ciptakan prosedur pengukuran hasil kerja pembaharuan, Ciptakan sistim penghargaan yang kreatif, Usahakan keberhasilan diketahui secara umum, Pantau pembaharu yang berhasil secara benar, dan Membantu penyebarluasan keberhasilan inovasi

10. Mensyukuri Setiap keberhasilan

Selain mensyukuri keberhasilan, diupayakan biar keberhasilan juga dijadikan kesempatan emas untuk mendidik dan mengajarkan satu nilai gres pada pihak lain.
Ada beberapa langkah yang diperlukan, yaitu: Rencanakan keberhasilan sebagai ajang belajar, Tunjukkan janji dengan terlibat secara langsung, dan Menghargai dan menyayangi keberhasilan meski kecil sekalipun.

B. Faktor-faktor yang mempengaruhi komitmen 

1. Faktor personal, contohnya usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pengalaman kerja dan kepribadian.

2. Karakteristik pekerjaan, contohnya lingkup jabatan, tantangan dalam pekerjaan, konflik peran, tingkat kesulitan dalam pekerjaan.

3. Karakteristik struktur, contohnya besar kecilnya organisasi, bentuk organisasi, kehadiran serikat pekerjan, dan tingkat pengendalian yang dilakukan organisasi terhadap karyawan.

4. Pengalaman kerja. Pengalaman kerja seorang karyawan sangat besar lengan berkuasa terhadap tingkat janji karyawan pada organisasi. Karyawan yang gres beberapa tahun bekerja dan karyawan yang sudah puluhan tahun bekerja dalam organisasi tentu mempunyai tingkat janji yang berlainan.

Kesimpulan

Seorang pemimpin yang efektif harus mempunyai keberanian untuk mengambil keputusan dan memikul tanggung jawab atas jawaban dan resiko yang timbul sebagai konsekwensi daripada keputusan yang diambilnya Tentunya dalam mengambil keputusan. Seorang pemimpin harus punya pengetahuan, keterampilan, informasi yang mendalam dalam proses menyaring satu keputusan yang tepat. Disamping itu, seorang pemimpin yang efektif yakni seseorang yang sanggup mempengaruhi dan mengarahkan segala tingkah laris dari bawahan sedemikian rupa sehingga segala tingkah laris bawahan sesuai dengan cita-cita pimpinan yang bersangkutan.

Related Posts

Post a Comment